Penulis: Muhammad Ramadhanur Halim, S.HI,
Penggunaan istilah-istilah lokal yang unik dalam percakapan sehari-hari atau dalam konteks publik sering kali mencerminkan kekayaan budaya dan bahasa suatu daerah. Istilah "syehsyoh" yang diucapkan oleh Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, untuk menyampaikan pesan agar tetap tenang dan tidak panik, bisa menjadi bagian dari bahasa terapan di kalangan masyarakat Aceh dan bahkan lebih luas lagi. Istilah ini, sama seperti ungkapan-ungkapan khas lainnya, bisa mendapatkan tempat tersendiri dalam percakapan sehari-hari karena memiliki makna yang mudah dipahami dan relevan.
Sebagai contoh, ungkapan "endasmu" yang pernah dilontarkan oleh Prabowo Subianto telah menjadi populer dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari di Indonesia. Ungkapan tersebut memiliki konotasi yang tajam namun sering kali digunakan dalam konteks informal untuk menyampaikan ketidaksetujuan atau ketegasan.
Dalam hal "syehsyoh," istilah ini membawa pesan yang positif, yaitu agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh situasi yang menekan. Pesan ini relevan dalam banyak situasi dan dapat diadopsi oleh masyarakat sebagai bentuk ekspresi sehari-hari. Penggunaan istilah lokal seperti ini tidak hanya memperkaya bahasa, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan kearifan lokal.
Untuk menjadikan "syehsyoh" sebagai bahasa terapan yang lebih luas, beberapa langkah dapat diambil:
1. Sosialisasi Melalui Media: Media lokal dan nasional dapat memainkan peran penting dalam mempopulerkan istilah ini dengan menggunakannya dalam pemberitaan, acara televisi, dan konten digital lainnya.
2. Penggunaan oleh Tokoh Publik: Tokoh-tokoh publik, termasuk politisi, artis, dan influencer, dapat membantu memperkenalkan dan menggunakan istilah ini dalam pidato, wawancara, dan media sosial mereka.
3. Kampanye Budaya: Program-program budaya yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau lembaga budaya dapat memperkenalkan istilah ini kepada masyarakat luas melalui berbagai kegiatan dan acara.
Dengan cara-cara ini, istilah "syehsyoh" dapat memperoleh popularitas dan digunakan secara lebih luas, baik di Aceh maupun di seluruh Indonesia. Hal ini tidak hanya akan memperkaya bahasa sehari-hari, tetapi juga memperkuat rasa kebanggaan terhadap budaya dan identitas lokal Aceh. Mari kita lihat ini sebagai peluang untuk merayakan dan menghargai kekayaan bahasa dan budaya kita bersama.
Sebagai masyarakat, penting bagi kita untuk tidak hanya sekadar mengikuti tren penggunaan istilah, tetapi juga memahami makna dan konteks di baliknya. Dengan demikian, kita dapat menggunakan istilah-istilah tersebut dengan tepat dan menghargai kekayaan budaya yang mereka wakili. Dengan bersikap bijaksana dan proaktif, kita dapat menyikapi penggunaan bahasa lokal ini dengan cara yang konstruktif dan positif.
Pengangkatan istilah "syehsyoh" sebagai bahasa terapan memiliki potensi besar untuk menjadi ungkapan populer yang digunakan oleh masyarakat luas. Langkah-langkah untuk memperkenalkan dan mempopulerkan istilah ini dapat dilakukan melalui media, tokoh publik, dan program budaya. Dengan demikian, kita tidak hanya memperkaya bahasa sehari-hari tetapi juga memperkuat rasa kebanggaan terhadap budaya lokal Aceh. Mari kita jadikan "syehsyoh" sebagai ungkapan yang mengingatkan kita untuk tetap tenang dan bijaksana dalam menghadapi segala rintangan, sembari merayakan kekayaan budaya Aceh.